Ringkasan khotbah oleh Pdt. Agus Sutopo,MA.,M.Th Minggu, 20 Mei 2018 -Ibadah Sore di GPT Denpasar
MAKAN BERSAMA YESUS
Wahyu 3:20 “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.”
Sebagai satu-satunya penghasil wol hitam pada zamannya, Laodikia adalah kota yang kaya. Jadi, jemaat Laodikia adalah jemaat yang kaya raya. Tetapi mereka hanya kaya secara finansial dan miskin secara rohani. Mereka percaya pada Tuhan Yesus tetapi tidak bertumbuh dalam iman. Yesus tidak benar-benar hadir dalam hati dan pikiran mereka.Yesus berada di luar kehidupan mereka. Oleh karena itu Yesus berdiri di muka pintu hati jemaat Laodikia dan mengetok.Jemaat yang merasa kaya raya ini ternyata di hadapan Allah adalah kumpulan orang yang menyedihkan. Mereka hanyalah orang-orang yang melarat,malang, miskin, buta dan telanjang. Bahkan mereka adalah orang-orang yang tidak sehat, yang ingin dimuntahkan oleh Tuhan.
Allah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan jemaat Laodikia untuk pulih kembali. Allah menawarkan emas yang murni yang bisa memperkaya kerohanian mereka. Minyak untuk melumas mata mereka, sehingga mereka bisa memandang dengan perspektif Allah. Dan kain lenan untuk menutupi ketelanjangan mereka. Laodikia, dalam segala kelemahannya mendapat perhatian khusus dari Allah. Jika saja mereka mau mendengarkan ketokan pada pintu hati mereka dan membukakan pintu hati dan mempersilahkan Yesus untuk masuk, maka Yesus akan masuk dan makan bersama-sama dengan mereka. Tetapi mereka adalah orang yang tidak bertelinga sehingga tidak mendengar suara ketokan itu, dan kehilangan kesempatan untuk makan Bersama Yesus.Jika suara ketokan yang sama itu saudara dengar, akankah saudara membuka pintu hati dan mempersilahkan Yesus masuk, sehingga saudara bisa makan sehindangan bersama Yesus? Tetapi apakah menu makanan Yesus itu?
Yohanes 4:34 “Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
Menu makanan Yesus adalah melakukan dan menyelesaikan kehendak Bapa. Untuk bisa bertumbuh maksimal maka kita memerlukan makanan sehat. Dan menu itu adalah melakukan dan menyelesaikan kehendak Bapa di sorga. Sepertinya rancangan Allah bagi manusia telah gagal di Taman Eden. Adam yang awal tidak mampu melakukan kehendak Bapa, manusia jatuh dalam dosa. Tetapi karena kasih-Nya yang begitu besar akan dunia ini, Allah mengaruniakan anakNya yang tunggal. Dosa dunia ditanggung oleh Yesus. Ia menyerahkan hidupNya untuk menyelamatkan dunia. Tetapi pekerjaan penyelamatan dunia belum selesai.
Kisah Para Rasul 1:9-14 “…….Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun, yang hanya seperjalanan Sama jauhnya dari Yerusalem…..”
Yesus terangkat ke sorga, TugasNya di bumi telah usai. Namun, sebelum terangkat ke sorga Yesus mengajak para muridNya untuk mendaki bukit Zaitun.
Berada di puncak bukit adalah posisi teratas dimana para murid bisa memandang secara luas kota-kota di Israel. Maksudnya adalah agar mereka tidak eksklusif, melainkan memiliki pandangan yang luas untuk melaksanakan Amanat Agung.
Di Jenewa, kekristenan tidak bertumbuh pada abad pertama hingga ketiga, karena mereka menolak untuk makan bersama Yesus. Mereka menganggap bahwa Amanat Agung adalah tugas dari para rasul saja, jadi mereka tidak memberitakan Injil. Namun menjelang abad ke tiga, ketika kaisar Konstantin bertobat, kegerakan mulai terjadi. Sekali lagi makanan sehat adalah melakukan kehendak Bapa, melakukan Amanat Agung – pergi, jadikan segala bangsa murid Yesus, ajar dan baptis. Kerjakan di lingkup terdekat dahulu, keluarga, teman, atau tetangga. Dengan demikian kita bertumbuh dengan menolong orang lain bertumbuh. Kekristenan menjadi kehilangan kekuatan ketika berhenti menginjil – berhenti melakukan kehendak Bapa, berhenti makan bersama Yesus.
Para murid awalnya tidak senang, tidak berani, tidak suka makan bersama Yesus. Sesaat setelah Yesus terangkat ke sorga, mereka seperti kehilangan semangat- tetapi mereka dikejutkan oleh suara malaikat yang mengatakan bahwa Yesus akan kembali lagi. Dalam ketekunan dan mungkin juga dalam kegelisahan mereka bertekun berdoa menanti penggenapan janji Allah. Dan ketika janji itu digenapi – Roh Kudus dicurahkan, mereka menjadi pribadi-pribadi yang tegak berdiri dalam keberanian penuh dalam memberitakan kabar baik. Mereka yang dulunya tidak suka makan bersama Yesus kini merasa terus lapar dan terus ingin makan. Yesus telah naik ke sorga, dan misi penyelamatan dunia itu kini beralih menjadi tugas semua orang percaya.
Rasul Paulus berdoa bagi jemaat Efesus agar mereka bisa bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Allah, sehingga mereka bisa bekerja dengan Roh Allah. Rasul Paulus adalah pribadi yang potensial, ia tumbuh dalam organisasi yang kuat dan memiliki pengetahuan yang mendalam tentang Taurat lengkap dengan segala tradisi Yahudi. Tetapi, awalnya segala kapasitas itu digunakan untuk sesutau yang salah. Dan ketika ia sudah mengenal Allah dengan benar, tumbuh dalam tuntunan Roh Kudus, ia berubah menjadi pribadi yang dahsat.Yang dulunya senang merusak jemaat, kini ia berani berkorban hingga tetes darah terakhir untuk membangun jemaat.
Kisah Para Rasul 28:31 “Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.”
Kitab Kisah Para Rasul belum ditutup, pelebaran Kerajaan Allah di bumi masih terus dikerjakan. Kisah Para Rasul pasal 29 dan seterusnya adalah catatan tentang kisah kita, orang-orang percaya yang melanjutkan proyek besar Allah di bumi.
Sebagai nasihat, mari mengingat bahwa hidup kita ini bagaikan kapur tulis. Jika kapur itu di tangan seorang anak kecil maka hanya akan menjadi coretan tak beraturan. Jika di tangan remaja usil maka kapur itu hanya akan digerus – dijadikan serbuk yang bila ditiupkan ke wajah seseorang akan memedihkan mata orang itu. Jika kapur itu berada di tangan anak muda yang kesal dengan hidupnya, maka kapur itu akan dipatah-patahkan dan dilemparkan untuk menyakiti orang lain. Tetapi jika kapur itu ditangan seorang pelukis professional maka akan menghasilkan karya seni yang spektakuler.
Jadi, ditangan siapakah kita serahkan kapur hidup kita? Atau mau digunakan sebagai apakah kapur hidup kita itu? Menjadi coretan tak beraturan – hidup tanpa tujuan? Menjadi kepedihan bagi orang lain? Menjadi biang keributan? Atau menjadi karya seni yang menakjubkan? Tentunya kita akan memilih untuk menyerahkan kapur hidup kita kepada Sang Pelukis Agung sehingga meninggalkan jejak-jejak yang bermakna – dipakai untuk mewarnai sejarah hidup.
Tuhan tidak pernah bertanya siapa dan sebagai apa kita ini. Tetapi ia berdiri di depan pintu hati setiap orang percaya dan mengetok. Dengarkanlah ketokanNya, buka pintu hati saudara, persilahkan Ia masuk dan nikmatilah santapan sehat bersamaNya.
BERSAMA ROH KUDUS KITA TUNTASKAN KARYA-NYA DI BUMI
Tuhan Yesus memberkati (Cy-M).